Ode untuk Es Krim



Ada beberapa hal yang saya banyak lupakan dari masa kecil saya, salah satunya mencicipi es krim batang. Seingat saya, setiap kali "mas" penjual es krim itu melintas di depan rumah, saya akan merengek kepada tante atau nenek saya untuk membelikan. Tanda kehadirannya adalah dari lagu yang selalu diputar dari pengeras suara di gerobaknya.

Sayangnya, saya rasanya hampir lupa kapan terakhir mencicipi manis dan dinginnya. Saya juga lupa kapan terakhir kali menyisikan uang jajan untuk itu. Terakhir kali saya mengingat membelinya saat SMP.

Lebih satu dekade, bertempat di Pare, Kediri--beratus kilometer dari kampungku, di situ saya berkesempatan mencicipi sebatang es krim.

Berwarna-warni, harga murah(hanya dua ribu rupiah), dan pastinya terik panas tanah Jayabaya ini memancing lidah yang kelu ini mencicipinya.

Tanpa pikir panjang bibir dan lidah tersentuh. Manis! Sejuk! pada jilatan pertama. Sayangnya tidak indah pada beberapa detik kemudian. Rasa ngilu datang dan menepikan ekstase kenikmatan tadi. Ouch! Spotan saya meringis dan melempar stik es tersebut.

Dentin hipersensitif tampaknya, rasa ngilu karena ada penipisan lapisan terluar gigi atau bisa jadi gusi yang telah menurun. Apapun penyebabnya salah satunya adalah karena faktor usia. Mungkin saya harus sadar, kalau saya sudah terlalu tua untuk setangkai es krim.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Gereja Hingga Eksplorasi Lokalitas (Review Buku Puisi Mario F. Lawi, Mendengarkan Coldplay)

Maaf Cak Nas (Obituari drg. Nasman Nuralim Ph.D)

Ketika Mitos dan Realitas Melebur (Review Buku Parabel Cervantes dan Don Quixote)